Iya..tamu istimewa itu adalah Seravina, putri Cevreza. Sera perlahan menghampiri Dimitri dan langsung bertanya mengenai ayahnya.
Dimitri: “Sera?”
Sera: “Dimana ayahku?”
Dimitri: “Ayahmu? Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengannya”
Sera: “Jangan bohong”
Dimitri: “Aku benar-benar tidak tahu Sera”
Sera: “Kalau begitu dimana ibuku? Apakah kau yg selama ini menyekapnya??”
Veli yang mendengar keributan ini keluar dari kamarnya dan menguping pembicaraan.
Dimitri: “Astaga aku juga sama sekali tidak tahu dimana ibumu”
Sera: “Aku tahu dari dulu kau sangat membenci ibuku karena ia hanya berasal dari panti asuhan dan menurutmu ia tidak sederajat dengan keluargamu tapi ayahku berbeda, yaa..ayahku tidak sepicik kau..ayahku mencintai ibuku dengan tulus tanpa perduli itu semua!”
Viviane: “Sera..”
Dimitri: “Sera kamu sudah tau semuanya?”
Sera: “Oh jelas! Aku sudah tau semua setelah aku membaca buku harian ibu. Anda sungguh keterlaluan, berkata bahwa bisa saja ibuku terlahir dari seorang pelacur atau hasil perkosaan..benar-benar tidak punya perasaan”
Dimitri: “Kakek tau kakek salah Sera”
Sera: “Dan kau juga berkata bahwa kau tidak menginginkan cucu dari Sovia, itu berarti kau tidak menginginkanku kan??”
Dimitri: “Tidak Seraa tidaakkk. Kakek minta maaf atas semua kesalahan kakek di masa lalu, kakek sudah menyadari seluruh kesalahan kakek”
Sera: “Setelah semua yang kau lakukan dengan mudahnya kau minta maaf?? Kau sudah menghina ibuku, tidak menginginkanku, dan mengusir ayahku”
Viviane: “Sera maafkan kakekmu, ia sangat menyesali ucapannya..bahkan belakangan ini ia merindukanmu dan ayahmu”
Dimitri: “Kalau perlu kakek berlutut dihadapanmu”
Dimitri berlutut dihadapan Sera memohon maaf, Sera terkejut melihat seorang Dimitri mau berlutut dihadapannya, Viviane dan Veli juga kaget melihat Dimitri seperti itu.
Dimitri: “Kakek mohon maafkan segala kesalahan kakek, kakek ingin kita bisa akrab berkumpul bersama selayaknya kakek dan cucunya”
Sera terdiam..dilema..di sisi lain ia marah kakeknya pernah berbuat kesalahan kepada orang tuanya, namun di sisi lain ia tahu bahwa sangat tidak pantas seorang kakek berlutut di hadapan cucunya sendiri. Sera akhirnya luluh.
Sera: “Kakek tolong jangan begini, tolong berdiri”
Dimitri: “Kamu panggil kakek?”
Sera: “I..iya kek, aku harap kakek tidak berlutut lagi dihadapanku karena itu sangat tidak pantas. Aku sudah memaafkan semua kesalahan yang pernah kakek perbuat”
Dimitri langsung memeluk Sera.
Dimitri: “Syukurlah kalau kamu mau memaafkan kakekmu ini”
Viviane: “Terima kasih Sera, kamu mau berjiwa besar dan memaafkan”
Veli geram melihat semua ini. Dia heran kok bisa-bisanya Dimitri mau berlutut dihadapan gadis muda seperti Sera. Veli akhirnya keluar dari tempatnya menguping dan menghampiri mereka semua.
Veli: “Kakek apa-apaan sih sampai berlutut segala sama perempuan ini?? Dia itu 3 kali lipat lebih muda dari kakek, harga diri kakek mau ditaruh dimana??”
Dimitri: “Kesalahan kakek pada Sera dan orang tuanya di masa lalu cukup besar Veli, lagipula yang terpenting Sera mau memaafkan”
Veli: “Tapi kan..”
Viviane: “Sudahlah Veli, kamu tidak terlalu memahami permasalahan ini”
Veli kemudian pergi ke kamarnya dengan muka cemberut.
Sera: “Sepertinya perselisihanku dengan Veli akan semakin meruncing”
Dimitri: “Maksudmu?”
Sera: “Yaa dulu Veli tidak terima aku menjadi pemenang di ajang Nona Sekolah 2016 sampai dia tidak memberi salam dan hingga kini ia masih menganggapku sebagai saingannya”
Dimitri: “Ini semua karena George dan Anne terlalu memanjakannya, apa yang Veli inginkan bisa dengan mudah didapatkan, makanya saat ia sangat ingin menjadi pemenang di ajang yang kau sebut tadi lalu gagal menjadi pemenang ia tidak bisa terima”
Viviane: “Itu benar, padahal aku sudah sering memberitahu George dan Anna tapi mereka selalu bilang bahwa Veli itu anak satu-satunya dan layak untuk selalu mendapat apa yang ia mau”
Sera: “Hmm cara mendidiknya salah, aku tidak dididik seperti itu oleh orang tuaku”
Dimitri: “Oh ya?”
Sera: “Ya, ayah selalu mengajarkan bahwa jika ingin meraih sesuatu maka harus bekerja keras, jika menemui kegagalan maka jangan pernah berhenti untuk berusaha. Ibu juga tidak selalu menuruti yang aku mau, dulu saat aku masih sekolah dasar aku melihat teman-temanku bermain sepatu roda..timbul rasa ingin punya sepatu roda juga namun ibu bilang bahwa mainanku sudah cukup banyak dan masih bagus lagipula biasanya mainan itu musiman, jika sudah bosan dan tidak banyak anak yg main lagi maka akan tidak musim lagi..benar saja selang 2 bulan kemudian banyak temanku yang bosan bermain dan tidak trend lagi, disitu aku belajar bahwa jangan ingin membeli sesuatu hanya karena sedang trend ingin ikut-ikutan teman, belilah barang yang memang dibutuhkan dan bermanfaat seperti permainan yang mengasah otak, peta dunia, dsbg. Yaa aku sejak masih SD suka melihat peta dunia, dengan peta aku seakan menjelajah dunia meski hanya dari buku hahaha”
Viviane: “Luar biasa”
Dimitri: “Ternyata Cevreza dan Sovia berhasil mendidikmu, bayangkan..dari SD saja kamu dapat mengambil pelajaran untuk membeli barang yang benar-benar bermanfaat”
Sera: “Aku bersyukur terlahir dari orang tua seperti mereka, mereka adalah orang tua terhebat bagiku, tanpa mereka aku bukan apa-apa”
Dimitri: “Kualitas orang tua memang akan terlihat dari anaknya”
Viviane: “Benar”
Sera: “Ngomong-ngomong kakek masih ingat kan peristiwa aku dan ayah masuk ke villa milik kakek di Wina 2 minggu lalu?”
Dimitri: “Masih, kenapa?”
Sera: “Ayah saat itu sebenarnya sedang mencari petunjuk karena ayah mendapat info dari rekan kerjanya bahwa Paman George mengadakan pertemuan dengan Richard kriminalis bayaran di villa itu, kakek tidak tahu ya?”
Dimitri: “George bertemu dengan kriminalis bayaran di villaku?? Untuk apa dia bertemu dengan Richard?”
Sera: “Aku juga masih belum tahu tapi kata ayah biasanya orang yang bertemu dengan Richard akan meminta bantuan menyelesaikan suatu rencana jahat, maka dari itu ayah curiga terlebih lagi ibu juga masih tidak ada kabar dan aku juga tidak tahu dimana ayah sekarang”
Dimitri: “Kalau sampai George benar-benar terlibat dengan menghilangnya Sovia dan Cevreza..aku tidak akan menganggapnya anak lagi”
*bersambung*