(Maaf banget ya guys baru sempet ngepost, kemaren sempet ada musibah yang cukup berat dan gue juga lagi sibuk urus pernikahan dan juga pergi ke rumah om tante gue minta nasihat gitu karena gue ga berpengalaman dalam urusan ini, kalian siap2 yak karena akan ada sesuatu yang tidak terduga di part 17 ini..mau tahu? baca aja ☺)
Sera: “Masalahnya 2 minggu lalu ayah pergi ke rumah ini untuk bertemu langsung dengan Paman George menanyakan soal ibu dan Richard”
Dimitri: “Ayahmu sama sekali belum kesini loh”
Dimitri: “Ayahmu sama sekali belum kesini loh”
Viviane: “Ya Tuhan hanya dirimu yang tahu dimana putra dan menantuku sekarang”
Sera: “Dimanapun mereka aku harap mereka baik-baik saja”
Dimitri: “Yaa ku harap demikian, oh ya tadi sore George pergi ke Saratov”
Sera: “Ada keperluan apa? Padahal aku ingin menanyakan soal orang tuaku padanya”
Dimitri: “Perusahaanku juga memiliki cabang di Saratov, kebetulan baru-baru ini bekerja sama dengan perusahaan besar lain dalam proyek pembangunan gedung kantor disana, maka George aku minta untuk melakukan pengawasan demi kelancaran proyek”
Sera: “Aku baru ingat kalau perusahaan kakek bergerak di bidang konstruksi”
Dimitri: “Iya..hmm ada hal penting yg aku ingin bicarakan padamu”
Sera: “Apa itu?”
Di lain tempat ada George yang tengah bersama Richard.
Richard: “Enak yah jadi dirimu, semenjak Cevreza meninggalkan rumah orang tuamu belasan tahun lalu kau menjadi anak emas”
Richard: “Enak yah jadi dirimu, semenjak Cevreza meninggalkan rumah orang tuamu belasan tahun lalu kau menjadi anak emas”
George: “Enak katamu?”
Richard: “Jelas enak, Cevreza yang notabenenya anak sulung malah tidak terjun langsung di perusahaan keluarga kalian, alhasil kau yang banyak yang memegang kendali, sudah pasti seluruh perusahaan itu nantinya akan jatuh kepadamu karena Cevreza sudah tidak dianggap anak lagi oleh Dimitri”
George: “Kalau memang seenak itu aku tidak akan meminta bantuanmu”
Richard: “Nah sebenarnya aku masih bingung, kenapa kau begitu ingin menyingkirkan Cevreza dan putrinya padahal selama belasan tahun ini kau bagaikan anak tunggal Dimitri? Bukankah Cevreza sudah bukan lagi ancaman bagimu”
George: “Selama ini semua orang termasuk dirimu mengetahui kalau aku dan Cevreza adalah dua bersaudara, padahal kenyataannya tidak seperti itu”
Richard: “Maksudmu?”
George: “Aku dan Cevreza bukanlah saudara kandung, salah satu dari kami adalah anak adopsi”
Richard: “Kau tidak bercanda kan???”
George: “Buat apa aku bercanda”
Richard: “Lantas siapa yang anak adopsi? Apakah Cevreza? Soalnya kan ayahmu begitu mudahnya mengusir dia dan tidak tinggal bersama hingga sekarang”
George: “Andai demikian aku tidak akan sepanik sekarang”
Richard: “Jadi..kau yang anak angkat??”
George: “Benar sekali, anak kandung Dimitri Rudolvsky hanya satu yaitu Cevreza, sedangkan aku hanyalah anak yang dipungut dari seorang wanita miskin di jalanan”
Richard: “Dari mana kau tahu semua itu?”
George: “6 bulan lalu, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan ayah dan ibu soal statusku”
Richard: “Dan kau kecewa?”
George: “Pasti, sakit rasanya aku mengetahui hal ini, selama 41 tahun aku hidup di dunia ini aku baru tahu kalau aku bukan anak kandung mereka”
Richard: “Terus kau langsung menanyakan soal ini ke Dimitri??”
George: “Tidak, aku berusahan menahan diri seakan-akan aku tidak tahu apa-apa, pantas saja sejak masih anak-anak dahulu ayah dan ibu terlihat lebih perhatian pada Cevreza ketimbang aku, misalnya saat Reza sakit..ayah dan ibu pasti begitu cemas dan selalu menemani Reza di tempat tidur, tapi saat aku yang sakit mereka tetap merawat tapi tidak selalu menemani aku di kamar, paling ke kamarku kalau memberi makan dan obat saja, perhatian yang diberikan padaku berbeda dengan perhatian pada Cevreza”
Richard: “Astaga, aku baru tau kalau kau pernah mengalami masa-masa seperti itu”
George: “Itu belum seberapa, saat remaja semakin kelihatan perbedaannya, ayah sering memuji prestasi Cevreza di sekolah, sedangkan setiap habis pembagian raportku ayah selalu berkata bahwa aku semestinya meniru Reza yang rajin belajar agar mendapat hasil raport yang sama bagusnya seperti anak kesayangannya itu, yaa memang prestasiku biasa-biasa saja tapi kan semestinya dia menyemangatiku meningkatkan prestasi tidak dengan cara membandingkan seperti itu, sungguh menyakitkan. Kemudian Cevreza berkata bahwa ia mau mengajariku, aku menolaknya..dia seakan lebih hebat dariku makanya dia mau mengajari, sejak saat itu aku mulai membencinya. Saat aku lulus SMA aku merayakan kelulusanku di club bersama teman-teman tengah malam, aku tidak sengaja bersenggolan dengan seorang wanita namun pacar wanita itu tidak terima dan mengajak ribut. Cevreza yang tahu tempat dimana biasa aku nongkrong menyusulku karena khawatir aku belum pulang lalu melihat situasiku yang terjepit. Cevreza sok pahlawan menghampiriku kemudian berbicara secara baik-baik pada pria itu namun pria itu tetap tidak terima dan ingin memukulku tapi berhasil dicegah oleh Reza, jadilah Reza yang berkelahi dengannya”
Richard: “Kau nakal juga main di club hingga tengah malam”
George: “Habisnya aku stress, ayah dan ibu kurang perhatian..lebih baik aku mencari hiburan bersama teman. Dalam perkelahian tadi bila satu lawan satu Reza lah yang harusnya menang tapi teman-teman pria itu juga ikut berkelahi, Reza sangat kewalahan melawan 5 orang sekaligus. Aku dan temanku tidak ada yang berani membantu Reza, akhirnya para petugas keamanan datang melerai dan menelepon polisi. Kondisi Cevreza saat itu sudah babak belur, aku langsung membawanya ke rumah sakit dibantu temanku. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Cevreza pingsan..aku semakin panik membayangkan bagaimana marahnya ayah dan ibu jika melihat kondisi Reza yang demikian. Sesampainya di rumah sakit, Cevreza langsung dibawa ke UGD dan ditangani oleh tim dokter. Aku menelepon ibu dan mengatakan kalau Reza masuk rumah sakit, ibuku panik sekali lalu mengajak ayah ke rs. 30 menit kemudian mereka sampai di UGD dan melihat Cevreza yang masih belum sadar juga. Ayah dan ibu bertanya mengapa bisa terjadi seperti itu dan aku menjelaskan apa adanya, ibu menangis dan ayah membawaku keluar ruangan, ayah menyalahkan aku habis-habisan. Kata ayah aku lulus dengan hasil pas-pasan saja bertingkah di club hingga tengah malam, bahkan ayah sampai hati menamparku..ya..dia menyayangi Reza sampai sebegitunya. Kemudian ibu datang menghentikan perlakuan kasar ayah, ibu berkata bahwa Cevreza sudah sadar dan mengajak aku dan ayah masuk ke ruangan. Aku menolak, aku sangat sakit hati dengan perlakuan ayah, aku langsung pergi meninggalkan mereka. Ayah meneriaki aku tapi aku tidak perduli, aku tidak sanggup bertemu dengan Reza saat itu”
Richard: “Kau tidak minta maaf dengan Cevreza?”
George: “Minta maaf? Aku sudah terlalu sakit hati, aku tidak meminta dia menolongku di club tapi dia sendiri kan yang sok pahlawan, gara-gara dia habis aku dimarahi ayah”
Richard: “Lalu apalagi yang kau alami karna Cevreza?”
George: “Ada yang lebih pahit, ini berkaitan dengan Sovia”
*bersambung*